Archive | Juli 2011

Pembelajaran Drama

Di Sekolah Menengah Atas (SMA) pembelajaran sastra diajarkan dari kelas X semester 1 sampai kelas XII semester 2 bahkan di ujian nasional untuk soal sastra sebanyak 15 soal untuk program IPA dan IPS, bahkan untuk program Bahasa, sastra Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran yang menjadi ciri khusus program ini, sehingga pembelajaran sastra menjadi penting diajarkan untuk menyiapkan siswa dalam ujian nasional.Pembelajaran sastra ini meliputi beberapa jenis sastra seperti puisi, prosa, dan drama. Khusus untuk pembelajaran drama diajarkan di kelas XI baik semester 1 maupun semester 2 untuk jurusan IPA maupun IPS sedangkan untuk jurusan Bahasa diajarkan di kelas XI dan XII.

Kaitan Apresiasi dan Kompetensi Drama di Sekolah

Kompetensi adalah kemampuan yang mencakup pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor) yang dapat didemonstrasikan siswa sebagai hasil pembelajaran di sekolah. Kompetensi dasar yang berkaitan dengan drama, khususnya disekolah lanjutan, dapat dirangkum ke dalam empat aspek, yaitu siswa dapat (1) mengapresiasi naskah drama, (2) mengapresiasi pementasan drama, 3) menulis naskah drama atau mengubah genre sastra lain (misalnya cerpen) ke dalam naskah drama, dan 4) mementaskan naskah drama. Apabila kita memerhatikan aspek kompetensi drama di sekolah, dua aspek yang terakhir, yaitu menulis dan mementaskan naskah drama tampaknya tidak tercakup dalam pemahaman apresiasi. Kemampuan menulis dan mementaskan naskah drama termasuk pada kompetensi ekspresi sastra. Akan tetapi, baik apresiasi maupun ekspresi termasuk pada pengalaman bersastra yang akan mampu menyentuhkan siswa pada berbagai aspek kehidupan. Jadi, dengan apresiasi drama, siswa pun berpeluang untuk memperoleh kompetensi psikomotor, yaitu dengan terampil menulis naskah drama dan memerankannya. Dalam uraian selanjutnya akan dibahas keempat aspek yang berkaitan dengan kompetensi apresiasi dan ekspresi drama sehingga tuntutan standar isi kurikulum di sekolah dapat kita penuhi.

Untuk lebih lengkapnya tentang Pembelajaran Drama di Sekolah dapat anda download disini

Membudayakan Membaca

Membaca adalah salah satu kompetensi yang wajib dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Akan tetapi dengan semakin majunya perkembangan zaman budaya membaca sudah mulai memudar, hal ini seperti yang penulis temui dibeberapa sekolah menengah atas. Ketika ujian sekolah siswa sebagian besar merasa malas membaca soal yang banyak bacaannya “koyo moco koran” ujar mereka, padahal dalam Bahasa Indonesia hampir semua soal terdapat bacaannya. hal ini menjadi PR bagi para pendidik terutama guru Bahasa Indonesia untuk membiasakan siswa membaca. Selain itu, dengan maraknya telepon seluler yang hampir semua siswa baik dari tataran SD, SMP, maupun SMA memiliki menjadikan anak kurang memperhatikan ketatabahasaan dengan bahasa SMS yang biasa mereka lakukan.

Membaca yang dalam sebuah ungkapan dikatakan sebagai jendela dunia adalah salah satu kegiatan yang perlu mendapat perhatian ekstra karena dengan banyak membaca maka siswa akan memiliki wawasan yang luas. Banyak tokoh yang sukses karena mengaku gemar membaca seperti Theodore Roosevelt beliau kecepatan membacanya 1000 kpm (kata per menit)dan mengaku selama menjabat sebagai presiden dan tinggal di gedung putih sehari selalu menghabiskan rata-rata 3 buku. tokoh yang lain adalah Indira Gandhi kecepatan membacanya juga 1000 kpm dan masih banyak tokoh dunia yanag hobi membaca. Tokoh-tokoh dunia ini mengaku mereka bisa sukses karena banyak membaca.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Sistem Membaca Cepat dan Efektif bisa anda download disini