Imbuhan

AWALAN (prefiks)
Awalan adalah imbuhan yang diberikan di awal kata.
Contoh : me-, ber- di-, ke-, pe-, ter-

Awalan me –
Pemakaian awalan me- bervariasi yaitu mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-
Contoh : melapor, membaca, menarik, menyanyi, menghitung, dan mengecat

Makna awalan me- :
1. Melakukan perbuatan/tindakan.
Contoh : mengambil, menjual.

2. Melakukan perbuatan dengan alat.
Contoh : memotong, menyapu.

3. Menjadi atau dalam keadaan.
Contoh : menurun, meluap.

4. Membuat kesan.
Contoh : mengalah, membisu.

5. Menuju ke.
Contoh : mendarat, menepi.

6. Mencari.
Contoh : mendamar, merotan.

Awalan ber-
Pemakaian awalan ber- mempunyai kaidah sebagai berikut.
1. Apabila diikuti kata dasar yang berhuruf (r) dan beberapa kata dasar yang suku pertamanya berakhir huruf (er), bentuk awalan ber berubah menjadi be-.
Contoh : ber + rantai à berantai
ber + kerja à bekerja

2. Apabila awalan ber- bertemu dengan kata dasar ajar, ber- berubah menjadi bel-
Contoh : ber + ajar à belajar

3. Apabila awalan ber- diikuti kata dasar selain yang disebutkan di atas, ber- tetap tanpa perubahan.
Contoh : ber + lari à berlari
ber + nyanyi à bernyanyi

Makna awalan ber- Baca lebih lanjut

KISI-KISI UN 2011-2012

Bagi rekan-rekan yang membutuhkan kisi-kisi Ujian Nasional (UN) 2011-2012 dapat anda download di link  dibawah ini,

download Kisi-Kisi UN SMP-SMA-MA-SMK 2011-2012

download Kisi-kisi UN SD-MI 2011-2012

Majas/ Gaya Bahasa

Majas atau gaya bahasa adalah bahasa kias yang digunakan untuk mempertajam maksud.

Majas dibagi menjadi 4 (empat) macam:

a. Majas perbandingan

b. Majas pertentangan

c. Majas pertautan

d. Majas perulangan

Berikut beberapa contoh majas:

  1. Majas Metafora : Gabungan dua hal yang berbeda yang dapat membentuk suatu pengertian baru.
    Contoh : Sampah masyarakat, raja siang, kambing hitam
  2. Majas Alegori : Majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan yang utuh.
    Contoh : Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi
  3. Majas Personifikasi : Majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat – sifat manusia kepada benda,    sehingga benda mati seolah-olah hidup.
    Contoh : Angin berbisik dan ombak berkejar-kejaran Baca lebih lanjut

Sudut Pandang Pengarang Cerpen/ Novel

1. Sudut Pandang Orang Pertama sebagai Pelaku Utama

Dalam sudut pandang teknik ini, si ”aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ”aku”menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ”aku”, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian,si ”aku” menjadi tokoh utama (first person central).

Contoh:
Pagi ini begitu cerah hingga mampu mengubah suasana jiwaku yang tadinya penat karena setumpuk tugas yang masih terbengkelai menjadi sedikit teringankan. Namun, aku harus segera bangkit dari tidurku dan bergegas mandi karena pagi ini aku harus meluncur ke Kedubes Australia untuk mengumpulkan berita yang harus segera aku laporkan hari ini juga. Baca lebih lanjut

Teknik Pelukisan Watak Tokoh

1.Teknik Ekspositoris
Teknik pelukisan watak tokoh secara langsung/ eksplisit.

Contoh:
…………………………. Memang sangat mengherankan jika Pak Jarot yang jujur dan taat beribadah itu juga tergiur untuk ikut mengelabui warga ……………………………

2.Teknik Dramatis
Teknik pelukisan watak tokoh secara tidak langsung/ implisit

Teknik Dramatik dibagi menjadi:
a. Pikiran tokoh
Contoh:
Tatkala aku masuk sekolah MULO, demikian fasih lidahku dalam Bahasa Belanda sehingga orang yang hanya mendengarkanku berbicara dan tidak melihat aku, mengira bahwa aku anak Belanda. Aku pun bertambah lama bertambah percaya pula bahwa aku anak Belanda, sungguh hari-hari ini makin ditebalkan pula oleh tingkah laku orang tuaku yang berupaya sepenuh daya menyesuaikan diri dengan langgam lenggok orang Belanda.

b. Reaksi/ tanggapan tokoh lain
Contoh:
Tatkala dia masuk sekolah MULO, demikian fasih lidahnya dalam Bahasa Belanda sehingga orang yang hanya mendengarkannya berbicara dan tidak melihatnya, mengira bahwa dia anak Belanda. Dia pun bertambah lama bertambah percaya pula bahwa dia anak Belanda, sungguh hari-hari ini makin ditebalkan pula oleh tingkah laku orang tuanya yang berupaya sepenuh daya menyesuaikan diri dengan langgam lenggok orang Belanda. Baca lebih lanjut

Pidato

1. Lancar Berpidato dengan Lafal, Intonasi, Nada, dan Sikap yang Tepat

Berpidato adalah aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mengungkapkan
ide, gagasan, dan pikiran, baik direncanakan maupun tidak direncanakan.

Berpidato merupakan salah satu keterampilan berbicara. Apabila kita pandai
berpidato tentu saja akan mendatangkan banyak keuntungan, baik keuntungan
secara pribadi maupun secara umum bagi keluarga dan masyarakat luas.

a. Unsur-unsur Pidato

Unsur-unsur dalam berpidato adalah pembicara, bahan/materi pembicaraan,
objek atau pendengar, dan tema. Ketiga unsur tersebut saling memengaruhi
satu dengan yang lain. Hilangnya salah satu unsur tersebut di atas, akan
mengakibatkan ketimpangan dalam berpidato.

b. Metode Berpidato

Berpidato yang baik tentu harus memilih metode yang baik. Metode-metode
berpidato yang baik dapat dibagi menjadi berikut ini. Baca lebih lanjut

Pembelajaran Drama

Di Sekolah Menengah Atas (SMA) pembelajaran sastra diajarkan dari kelas X semester 1 sampai kelas XII semester 2 bahkan di ujian nasional untuk soal sastra sebanyak 15 soal untuk program IPA dan IPS, bahkan untuk program Bahasa, sastra Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran yang menjadi ciri khusus program ini, sehingga pembelajaran sastra menjadi penting diajarkan untuk menyiapkan siswa dalam ujian nasional.Pembelajaran sastra ini meliputi beberapa jenis sastra seperti puisi, prosa, dan drama. Khusus untuk pembelajaran drama diajarkan di kelas XI baik semester 1 maupun semester 2 untuk jurusan IPA maupun IPS sedangkan untuk jurusan Bahasa diajarkan di kelas XI dan XII.

Kaitan Apresiasi dan Kompetensi Drama di Sekolah

Kompetensi adalah kemampuan yang mencakup pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor) yang dapat didemonstrasikan siswa sebagai hasil pembelajaran di sekolah. Kompetensi dasar yang berkaitan dengan drama, khususnya disekolah lanjutan, dapat dirangkum ke dalam empat aspek, yaitu siswa dapat (1) mengapresiasi naskah drama, (2) mengapresiasi pementasan drama, 3) menulis naskah drama atau mengubah genre sastra lain (misalnya cerpen) ke dalam naskah drama, dan 4) mementaskan naskah drama. Apabila kita memerhatikan aspek kompetensi drama di sekolah, dua aspek yang terakhir, yaitu menulis dan mementaskan naskah drama tampaknya tidak tercakup dalam pemahaman apresiasi. Kemampuan menulis dan mementaskan naskah drama termasuk pada kompetensi ekspresi sastra. Akan tetapi, baik apresiasi maupun ekspresi termasuk pada pengalaman bersastra yang akan mampu menyentuhkan siswa pada berbagai aspek kehidupan. Jadi, dengan apresiasi drama, siswa pun berpeluang untuk memperoleh kompetensi psikomotor, yaitu dengan terampil menulis naskah drama dan memerankannya. Dalam uraian selanjutnya akan dibahas keempat aspek yang berkaitan dengan kompetensi apresiasi dan ekspresi drama sehingga tuntutan standar isi kurikulum di sekolah dapat kita penuhi.

Untuk lebih lengkapnya tentang Pembelajaran Drama di Sekolah dapat anda download disini

Membudayakan Membaca

Membaca adalah salah satu kompetensi yang wajib dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Akan tetapi dengan semakin majunya perkembangan zaman budaya membaca sudah mulai memudar, hal ini seperti yang penulis temui dibeberapa sekolah menengah atas. Ketika ujian sekolah siswa sebagian besar merasa malas membaca soal yang banyak bacaannya “koyo moco koran” ujar mereka, padahal dalam Bahasa Indonesia hampir semua soal terdapat bacaannya. hal ini menjadi PR bagi para pendidik terutama guru Bahasa Indonesia untuk membiasakan siswa membaca. Selain itu, dengan maraknya telepon seluler yang hampir semua siswa baik dari tataran SD, SMP, maupun SMA memiliki menjadikan anak kurang memperhatikan ketatabahasaan dengan bahasa SMS yang biasa mereka lakukan.

Membaca yang dalam sebuah ungkapan dikatakan sebagai jendela dunia adalah salah satu kegiatan yang perlu mendapat perhatian ekstra karena dengan banyak membaca maka siswa akan memiliki wawasan yang luas. Banyak tokoh yang sukses karena mengaku gemar membaca seperti Theodore Roosevelt beliau kecepatan membacanya 1000 kpm (kata per menit)dan mengaku selama menjabat sebagai presiden dan tinggal di gedung putih sehari selalu menghabiskan rata-rata 3 buku. tokoh yang lain adalah Indira Gandhi kecepatan membacanya juga 1000 kpm dan masih banyak tokoh dunia yanag hobi membaca. Tokoh-tokoh dunia ini mengaku mereka bisa sukses karena banyak membaca.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Sistem Membaca Cepat dan Efektif bisa anda download disini